Untuk keindahan
kenangan cinta, Palembang menjanjikan bentang budaya dan aura cinta
yang kian merebak kemana-mana. Pembenahan disana sini yang telah
dilakukan belakangan ini juga memosisikan kota tua ini sebagai kota
tujuan wisata (pelancongan) yang cukup lengkap: sejarah, budaya dan
kulinernya.
Jembatan Ampera di malam hari
Jembatan Ampera di tengah hari
Taman dibawah jembatan Ampera
Jembatan Ampera
Terkenal
sebagai icon kota Palembang. Jembatan Ampera yang melintasi Sungai Musi
dibangun tahun 1962-1965, menghubungkan Palembang bagian Ilir dah Ulu.
Panjang Jembatan monumental tersebut mencapai sekita 1.117 meter dan
lebar 22 meter. Sejak tahun 1970an bagian tengah jembatan ini tidak bisa
diangkat lagi karena pertimbanagn menyebabkan kemacetan panjang.
Abadikan pertualangan dengan pemandangan dramatis jembatan Ampera kala
malam, lengkap dengan kerlap kerlip lampu hias yang mebuatnya makin
mempesona.
Sungai Musi
Sungai
Musi, sungai terpanjang dan terbesar di Provinsi Sumatera Selatan,
dengan panjang 406 Km. Jarak Kota Palembang sampai muara sungai diselat
Bangka kurang lebih 106 Km. dapat disaksikan deretan rumah rakit (rumah
terapung) khas palembang.
Taman Purbakala Bukit Seguntang
Kemasyhuran
Bukit Seguntang tidak hanya berkutat di Palembang, tetapi menyebar
hingga ke seluruh Sumatera, Malaysia, dan Singapura. Kawasan perbukitan
di Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang, Sumatera
Selatan, itu menjadi cikal bakal pertumbuhan Kerajaan Melayu. Hingga
kini bukit tersebut masih kerap dikunjungi wisatawan asing.Mengikut teks Sejarah Melayu, Bukit Seguntang adalah tempat Wan Empuk dan Wan Malini berhuma hingga padinya berbuahkan emas, berdaunkan tembaga dan berbatangkan suasa apabila tiga anak Raja Suran, Sang Nila Pahlawan, Krisyna Pendita dan Sang Nila Utama, turun di bukit itu.
Bukit Seguntang memang cikal bakal Kerajaan Malaka. Bukit Seguntang pernah menjadi pusat Kerajaan Palembang yang dipimpin Parameswara, adipati di bawah Kerajaan Majapahit.
Sekitar tahun 1511, Parameswara memisahkan diri dari Majapahit dan merantau ke Malaka. Di sana dia sempat bentrok dengan pasukan Portugis yang hendak menjajah Nusantara. Adipati itu menikah dengan putri penguasa Malaka, menjadi raja, dan menurunkan raja-raja Melayu yang berkuasa di Malaysia, Singapura, dan Sumatera.
Sekitar tahun 1554 muncul Kerajaan Palembang yang dirintis Ki Gede Ing Suro, seorang pelarian Kerajaan Pajang, Jawa Tengah. Kerajaan ini juga mengeramatkan Bukit Seguntang dengan mengubur jenazah Panglima Bagus Sekuning dan Panglima Bagus Karang.
Kedua tokoh itu berjasa memimpin pasukan kerajaan saat menundukkan pasukan Kasultanan Banten yang menyerang Palembang. Sultan Banten, Sultan Hasanuddin, tewas dalam pertempuran sengit itu. Tetapi, ada juga versi sejarah yang menyebutkan, makam Bagus Sekuning yang sebenarnya justru ada di kawasan Bagus Kuning, di Plaju, Palembang.
Jauh sebelum itu, Bukit Seguntang menjadi pusat keagamaan pada masa Kerajaan Sriwijaya yang berkembang sampai abad ke-14. Sejumlah peninggalan dari kerajaan yang didirikan Dapunta Hyang Srijayanasa itu ditemukan di sini. Ada kemudi kapal Sriwijaya yang ditemukan di kaki bukit, ada arca Buhda Amarawati, dan prasasti Bukit Seguntang yang menjadi bukti penting keberadaan Sriwijaya.
Bukit Seguntang memang merupakan kawasan yang dikeramatkan sejak zaman Kerajaan Sriwijaya, pemerintahan perwakilan Majapahit, dan Kerajaan Palembang. Sampai sekarang pun bukit itu masih dikeramatkan dengan diziarahi banyak pengunjung, mengingat di tempat inilah dimakamkan beberapa tokoh penting dari zaman kerajaan.
Tokoh-tokoh tersebut di antaranya, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, Panglima bagus Kuning, Panglima Raja batu Api, bahkan disebut-sebut di sinilah Alexander The Great dimakamkan.
Pengunjung dapat mengurai sejarah Sumatera, Melayu, dan Palembang dengan menelusuri sejarah Bukit Seguntang. Namun, teks penjelasan yang minim membuat sejarahnya menjadi kabur. Saat ini bukit itu lebih banyak diziarahi orang untuk berdoa, tanpa tahu sejarah yang tertoreh di bukit ini.
Masjid Agung
Inilah
banguan yang wajib anda tengok dan kagumi. Dibangun dalam kurun waktu
yang sama dengan keraton Kuto Lama kesultanan Palembang Darussalam oleh
Sultan Mahmud Badaruddin I, yaitu tahun 1738 dan selesai tahun 1758,
arsitek masjid agung mengambarkan akultulrisasi budaya Palembang pada
saat itu. Pas didepan Masjid Agung ada putaran bundaran air mancur yang
Indah
Benteng Kuto Besak
Kuto
Besak adalah bagunan Keraton yang pada abad XVIII menjadi pusat
Kesultanan Palembang. terletak ditepi Sungai Musi, benteng ini dibangun
prakarsa Sultan Mahmud Badaruddin , cucu dari Sultan Mahmud Badaruddin I
pendiri kesultanan Palembang.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
Terletak didepan Sungai Musi bersebelahan dengan benteng Kuto Besak.
Tugu Parameswara
Tugu
yang berbentuk pelepa daun pisang ini terletak di kawasan Jaka baring,
didepan Glora Sriwijaya Palembang Ulu. Nama Parameswara diambil dari
nama raja Melayu pertama yang
turun dari Bukit Seguntang. Kemudian Parameswa meninggalkan Palembang
bersama Sang Nila Utama pergi ke Tumasik dan diberinyalah nama Singapura
kepada Tumasik. Sewaktu pasukan Majapahit dari Jawa akan menyerang
Singapura, Parameswara bersama pengikutnya pindah ke Malaka
disemenanjung Malaysia dan mendirikan Kerajaan Malaka. Beberapa
keturunannya juga membuka negeri baru di daerah Pattani dan Narathiwat
(sekarang wilayah Thailand bagian selatan). Setelah terjadinya kontak
dengan para pedagang dan orang-orang Gujarat dan Persia di Malaka, maka
Parameswara masuk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Iskandar Syah.
Rumah
Limas merupakan prototipe rumah tradisional Palembang. Selain ditandai
dengan atapnya yang berbentuk limas, rumah tradisional ini memiliki
lantai bertingkat tingkat yang disebut Bengkilas dan hanya dipergunakan
untuk kepentingan keluarga seperti hajatan. Para tamu biasanya diterima
diteras atau lantai kedua.
Kebanyakan
rumah limas luasnya mencapai 400 sampai 1000 meter persegi atau lebih,
yang didirikan diatas tiang-tiang dari kayu unglen atau ulin yang kuat
dan tanah air.
Dinding, pintu dan lantai umumnya terbuat dari kayu tembesu. Sedang untuk rangka digunakan kayu seru.
Setiap
rumah terutama dinding dan pintu diberi ukiran. Saat ini rumah limas
sudah mulai jarang dibangun karena biaya pembuatannya lebih besar
dibandingkan membangun rumah biasa. Rumah limas yang sering dikunjungi
oleh wisatawan adalah milik keluarga Bayuki Wahab di Jl. Mayor Ruslan
dan Hasyim Ning di Jl. Pulo, 24 Ilir, Palembang. Namun hampir ditiap
pelosok kota terdapat rumah limas yang umumnya sudah tua, termasuk
sebuah rumah limas di museum Balaputra Dewa.
Kampung Asli
Untuk
mendapatkan gambaran bagaimana kehidupan masyarakat Palembang
sesungguhnya, sempatkan berjalan jalan ke perkampungan warga asli
Palembang ditepi sungai musi. Tengoklah bagunan-bangunan panggung kayu
asli, lengkap dengan ornamen, bentuk tangga, dan jendela yang khas.
Kampung Arab lorong Al-Munawar, Kelurahan 13 Ulu juga memiliki
arsistektur yang khas. Sesuai dengan namanya, tempat ini merupakan
tempat komunitas arab di Palembang yang telah berusia lebih dari 300
tahun. Mereka adalah keturunan langsung pedagang-pedagang Arab yang
menikah dengan penduduk asli Palembang. Konon leluhur yang pertama
mendirikan kampung ini adalah keturunan ke 32 langsung dari Nabi
Muhammad SAW. Dikampung ini juga tersimpan Al-Quran berusia 300 tahun
lebih yang ditulis dengan tinta emas.
Kunjungi
juga Kampung Kapitan di kawasan Kelurahan 7 Ulu. Kampung kapitan
merupakan kelompok 15 bangunan rumah panggung ala Cina yang terletak di
kelurahan 7 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 1 Palembang. Awalnya kampung
ini merupakan tempat tinggal seorang Perwira keturunan Cina berpangkat
Kapitan yang bekerja untuk Pemerintah Belanda. Pastikan anda mengunjungi
tempat ini.
Kawah Tekurep
Kompleks
Pemakaman ini sekarang masuk dalam kawasan Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan
Ilir Timur II, Palembang. Berdasarkan catatan lama, pemakaman ini
dibangun tahun 1728 M atas perintah Sultan Mahmud Badaruddin (wafat
tahun 1756 M), setelah pembangunan Kompleks Makam atau Gubah Talang
Kerangga (30 Ilir). Nama kawah tekurep diambil dari bentuk cungkup
(kubah) yang menyerupai kawah ditengkurapkan (Palembang: tekurep). Jika
diukur dari tepian Sungai Musi, kompleks makam ini berjarak sekitar 100
meter dari sungai. Sekelilingnya dipagari dengan batu bata, yang
sebagian telah rusak. Di sisi yang menghadap Sungai Musi (arah selatan),
terdapat gapura yang merupakan gerbang utama untuk memasuki kompleks
makam. Di dalamnya, terdapat empat cungkup. Yaitu, tiga cungkup yang
diperuntukkan bagi makam para sultan dan satu cungkup untuk putra-putri
Sultan Mahmud Badaruddin, para pejabat dan hulubalang kesultanan.
Berikut nama-nama tokoh yang dimakamkan: Cungkup I:
1. Sultan Mahmud Badaruddin I (wafat tahun 1756 M)
2. Raden Nyai Mas Cimblung atau Ratu Sepuh, istri pertama yang berasal dari Jawa Tengah
3. Fatimah Tuzairo atau Ratu Gading, istri kedua yang berasal dari Kelantan (Malaysia)
4. Mas Ayu Ratu (Liem Ban Nio), istri ketiga yang berasal dari Cina
5. Nyimas Naimah, istri keempat yang berasal dari 1 Ilir (kini Guguk Jero Pager Kota Plembang Lamo)
6. Imam Sayyid Idrus Al Idrus dari Yaman Selatan
Cungkup II:
1. Pangeran Ratu Kamuk (wafat tahun 1755 M)
2. Ratu Mudo (istri P. Kamuk)
3. Sayyid Yusuf Al Angkawi (Imam Sultan)
Cungkup III:
1. Sultan Ahmad Najamuddin (wafat tahun 1776 M)
2. Masayu Dalem (istri Najamuddin)
3. Sayyid Abdur Rahman Maulana Tugaah (Imam Sultan dari Yaman)
Cungkup IV:
1. Sultan Muhammadi Bahauddin (wafat tahun 1803 Masehi)
2. Ratu Agung (istri Bahauddin)
3. Datuk Murni Hadad (Imam Sultan dari Arab Saudi)
4. Beberapa makam lain yang tidak terbaca namanya)
Di
luar keempat cungkup itu, masih terdapat beberapa makam. Antara lain,
Susuhunan Husin Diauddin, yang wafat dalam pembuangan oleh Belanda di
Jakarta, 4 Juli 1826. Semula, Husin Diauddin dimakamkan di Krukut tetapi
kemudian dipindahkan ke Palembang.
Tempat Wisata Lainnya di Sumatera Selatan
Danau Ranau
Terletak
diwilayah kecamatan Banding Agung dengan jarak 125 km dari Baturaja
ibukota kabupaten OKU. Danau Ranau luas 8x16 km dengan latar belakang
gunung Seminung, sekitar danau di kelilingi oleh bukit dan lembah
sehingga hembusan angin di kawasan ini tidak terlalu kencang.
Pada
malam hari udara sejuk dan pada siang hari cerah suhu berkisar antara
20 derajat-26 derajat Celsius. Diatas perbukitan dan lembah sekitar
danau terdapat perkebunan kopi, tembakau, cengkeh, kayu manis dan
palawija.
Pada
sisi lain dikaki gunung Seminung terdapat sumber air panas alam yang
keluar dari dasar danau. Tempat lain yang menarik untuk dikunjungi
adalah Pulau Marisa yang terletak tidak jauh dari air panas.
Untuk
mengadakan tour di danau dapat menggunakan perahu motor yang tersedia
di dermaga wisata komplek Ranau Cottage. Kapasitas penumpang 15 orang
per perahu dengan biaya Rp. 25.000,- untuk satu kali perjalanan pesiar
di danau (sightseeing). Obyek lain yang dapat dikunjungi adalah air
terjun Subik Tuha berlokasi 500 meter dari cottage Ranau. Danau Ranau
dapat di kunjungi dari Baturaja, Palembang atau Bandar Lampung
Wisata Gunung Dempo
| ||
| ||
Bukit
Serelo terletak sekitar 20 km dari kota Lahat. Penduduk setempat
menyebutnya Bukit Tunjuk, karena bentuk puncaknya yang mirip telunjuk
yang mencuat ke langit.
Jika anda bepergian dari Muara Enim, menjelang 20 km memasuki kota Lahat, bukit itu terlihat jelas di sebelah kiri. Di bawahnya terdapat sebuah kompleks untuk menjinakkan, melatih dan mendidik gajah. Sekitar 40 ekor sudah dijinakkan di tempat ini, namun baru sebagian yang dapat diandalkan untuk para pengunjung.
Di bawah bukit terdapat beberapa tempat untuk berkemah atau rekreasi. Para pramuka dan anak-anak muda acapkali mengunjungi tempat-tempat itu. Sebuah sungai kecil dengan air yang jernih dan belum tercemar, dapat menyegarkan anda.
Jika anda bepergian dari Muara Enim, menjelang 20 km memasuki kota Lahat, bukit itu terlihat jelas di sebelah kiri. Di bawahnya terdapat sebuah kompleks untuk menjinakkan, melatih dan mendidik gajah. Sekitar 40 ekor sudah dijinakkan di tempat ini, namun baru sebagian yang dapat diandalkan untuk para pengunjung.
Di bawah bukit terdapat beberapa tempat untuk berkemah atau rekreasi. Para pramuka dan anak-anak muda acapkali mengunjungi tempat-tempat itu. Sebuah sungai kecil dengan air yang jernih dan belum tercemar, dapat menyegarkan anda.
Rumah Panggung
Rumah
Panggung banyak di jumpai terutama di perkampungan-perkampungan
di Sumatera Selatan. Rumah-rumah ini banyak terdapat di Daerah Ogan
Ilir, OKI, Muba, Banyu Asin, Muara Enim, Lahat dll.
SUMBER: Berbagai macam sumber^_^
SUMBER: Berbagai macam sumber^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar